Nasionalisme bukanlah suatu paham yang baru di
republik ini, dengan nasionalisme republik ini menjadi satu, bermartabat, dan
merdeka. Nasionalisme bukan hanya diwujudkan dengan semangat kesatuan dan
rasa bangga warga negara terhadap negaranya, namun juga diwujudkan dengan sikap
bela negara yang tinggi dari ancaman dari dalam maupun dari luar baik berupa
tekanan langsung maupun tekanan yang bersifat tidak langsung.
Pemuda disebutkan oleh banyak pihak sebagai agent of change,
hal ini didasarkan karena besarnya peran pemuda direpublik ini. Pemuda
seringkali sangat berperan dalam mengubah sejarah republik ini, yang mana
Sejarah bangsa Indonesia menunjukkan bahwa pemuda Indonesia memang selalu
menjadi pelopor dan memimpin bangsanya dalam berbagai tahap perjuangan. Sebut
saja tercetusnya Kebangkitan nasional tahun 1908 yang dipelopori oleh
orang-orang muda, sumpah pemuda tahun 1928 yang merupakan alat perekat bangsa
jelas juga karya para pemuda, Proklamasi 1945 dan perjuangan mempertahankan
kemerdekaan dipelopori kaum muda, dan Demikian pula reformasi tahun 1998 juga
dipelopori oleh para pemuda.
Jadi bisa di katakan bahwa Pemuda merupakan salah
satu segmentasi umur yang paling menentukan kemajuan sebuah bangsa. Pemuda
seringkali identik dengan generasi yang kaya akan ide, mimpi, semangat, dan
idealisme dalam membangun bangsa. Pemuda merupakan cikal bakal pimpinan di masa
depan karena Seringkali sebuah negara akan berkembang atau maju apabila negara
tersebut memiliki pemuda yang berprestasi dan ada pula negara yang akan hancur
apabila pemudanya tidak mempunyai suatu kualifikasi yang jelas akan cita-cita
bangsa
Berdasarkan Proyeksi Departemen Pemuda dan
Olahraga tanggal 25 Mei 2009, menunjukkan akan terjadi penambahan yang
signifikan pada jumlah pemuda di Indonesia pada tahun 2015. Diperkirakan pada
tahun 2015 jumlah pemuda Indonesia adalah 74.808.200 jiwa atau bertambah
sekitar 700 ribu jika dibandingkan dengan jumlah pemuda pada tahun 2009 yang
berjumlah sekitar 74.127.200 jiwa. Sehingga kalau dikalkulasikan dapat
disimpulkan bahwa dari 237,512,352 penduduk Indonesia (data perkiraan 24
januari 2009), 74.808.200 (31%) adalah pemuda. Angka 31% merupakan angka yang
cukup besar, dimana 31% dapat menjadi angka yang dominan dalam pembangunan
bangsa.
Oleh karena itu, pemuda bisa dikatakan sebagai
pelopor perubahan dimanapun berada. Peran pemuda adalah penentu sejarah
perjalanan suatu bangsa. Sejarah Indonesia telah membuktikan peran pemuda
tersebut. Namun, timbul suatu pertanyaan : apa dan bagaimana kontribusi pemuda
untuk masa depan Indonesia ?, bagaimana kondisi pemuda indonesia ?, dan masih
adakah jiwa nasionalisme pendahulunya pada diri pemuda indonesia sekarang ?
Pada awalnya, Globalisasi memang identik dengan
fenomena ekonomi. Namun dengan berkembang dan semakin rumitnya kehidupan
masyarakat, membuat globalisasi secara langsung tidak hanya berkaitan dengan
fenomena ekonomi, namun juga fenomena-fenomena lainnya seperti politik, sosial,
dan budaya. Globalisasi menghasilkan banyak sekali resiko-resiko baru yang
belum pernah ada sebelumnya, terutama resiko terhadap pemuda. Sebut saja,
mudahnya nilai-nilai barat yang masuk lewat internet, antene parabola maupun
televisi. Disatu pihak memang menguntungkan, karena akan mempercepat proses
belajar masyarakat menuju ke tingkat moderenisme. Namun di pihak lain dampak
negatif yang ditimbulkan globalsiasipun tidak kalah banyak. Globalisasi
mengakibatkan semakin memudarnya apresiasi pemuda terhadap nilai-nilai budaya
lokal, sehingga melahirkan gaya hidup individualistis (kepentingan diri
sendiri),
pragmatisme (yang menguntungkan), hedonisme (kenikmatan sesaat), permisif (membiarkan
yang dianggap tabu), bahkan konsumerisme (lebih senang memakai
daripada
membuat). Sehingga semangat gotong royong yang salama ini
dibangga-banggakan akan menjadi semakin luntur, begitu pula rasa solidaritas,
kepedulian dan kesetiakawanan sosia. Sehingga dalam keadaan tertentu (musibah,
kecelakaan, sakit, dll) hanya ditangani segelintir orang (kurang ada
kebersamaan). Globalisasi juga mengakibatkan semakin memudarnya nilai-nilai
keagamaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Hal ini tentu saja membawa dampak yang besar bagi
masyarakat Indonesia, khususnya pemuda. Sebagai negara berkembang, Indonesia
sangat rentan akan pengaruh dari luar bahkan terkesan kita mempunyai daya
imitasi yang lebih tinggi namun daya seleksi rendah. Sehingga kesannya kita
menerima seluruh kebudayaan asing yang masuk tanpa difertilisasi terlebih
dahulu.
Lihat saja di berbagai wilayah bangsa Indonesia,
pemuda mereka terkesan lebih percaya diri dan lebih merasa gaul apabila
berbicara bahasa Inggris dibandingkan bahasa ibunya sendiri, bahasa indonesia.
Contoh lain, lihatlah pemuda Indonesia yang lebih merasa bergaya
apabila memakai produk-produk impor daripada memakai produk buatan dalam
negeri. Mereka lebih menyukai pertunjukan seni dan budaya luar daripada seni
budaya nusantaranya sendiri. Mereka lebih menyukai musik-musik barat daripada
musik-musik dalam negeri, begitu pula halnya dengan film dan buku.
Apa yang salah dengan kreasi budaya dalam negeri
?. Bukankah apabila kita melestarikan budaya dan kreasi dalam negeri, sama
halnya dengan kita melestarikan bangsa ?. Karena, secara tidak langsung kita
memberikan kontribusi kepada negara baik berupa dana dari pembelian produk
buatan dalam negeri sampai semangat pelaku industri budaya untuk tetap
mempertahankan eksistensi mereka dalam berkreasi.
Lalu apa yang terjadi saat budaya yang mereka
abaikan tersebut diklaim oleh negara lain ?. Wah, mereka bakalan seperti
kebakaran jenggot dan bakalan sangat marah dan bahkan mengumpat dengan
kata-kata kotor. Tidakkah mereka sadar apabila dari awalnya mereka tetap setia
dan melestarikan budaya yang telah ditinggalkan oleh nenek moyang dan leluhur
bangsa ini, tidak akan ada kejadian pengklaiman. Jika mereka tetap setia
memakai batik misalnya, menonton wayang, memakan masakan rendang-kah misalnya,
bahkan setia menyaksikan pertunjukan reog ponorogo dan tari pendet, tidak ada
satu negarapun yang berani mengambil budaya tersebut. Namun lain halnya dengan
sekarang, mereka lebih senang memakai pakaian gaya harajuku-kah namanya, gaya
british-kah namanya, ataupun pakaian dengan merek-merek terkenal yang notabene dibuat
oleh negara-negara lain. Bahkan, mereka sanggup untuk keluar negeri hanya untuk
membeli merek pakaian yang tidak ada di Indonesia. Tidakkah mereka sadar bahwa
uang yang mereka buang percuma untuk keluar negeri tersebut sangat
berarti bagi saudara-saudara kita yang sedang kesusahan ?. Tidakkah
mereka sadar bahwa masih banyak saudara-saudara mereka yang membutuhkan uluran
tangan mereka ?.
Lain lagi dengan pertunjukan wayang, pada
akhir-akhir ini pertunjukan wayang biasanya hanya dipenuhi oleh generasi tua,
bukan generasi muda, kemana generasi muda ?. Banyak generasi muda akhir-akhir
ini beranggapan bahwa kemapanan generasi tua menghambat berlangsungnya proses
perubahan (modernisasi budaya) yang sesuai dengan semangat zaman, sehingga
tidak jarang terjadi kesenjangan pandangan hidup dan moral antargenerasi yang
nyatanya tidak mudah diatasi.
Coba kita tanya kepada diri kita sendiri mana yang
lebih disukai drama percintaan Mahabrata dan Srikandi atau Romeo dan Juliet ?.
Mana yang lebih menarik, melihat film perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia,
atau film Transformers, Gladiators, The Lord of The Rings, dsb. Begitu pula
dengan makanan tradisional bangsa, kalau melihat perkembangan akhir-akhir ini
kita akan menemukan sebuah stigma yang miris di kalangan generasi muda yang
tinggal di perkotaan. Mereka akan sangat malu jika belum mencoba Sushi ataupun
makanan-makanan lainnya yang berasal dari luar. Bukan berati kita tidak boleh
memakan masakan luar, boleh, tapi bukankah lebih baik kalau kita melestarikan
masakan tradisional kita sebelum dicaplok pihak lain. Bukankan lebih baik kalau
kita beramai-ramai makan di warteg atau restoran padang daripada makan di
restoran jepang. Karena, kita harus sadar sebagai pemuda kitalah kunci
kesuksesan negara Indonesia, kalau bukan kita yang melestarikan budaya yang
telah diwariskan pendahulu kita, siapa lagi. Kalau bukan pemuda yang bangga
akan keasrian Indonesia, siapa lagi.
Pemuda Indonesia saat ini harus kembali
menampakkan kontribusinya kepada negara sekaligus kembali menorehkan tinta emas
dalam sejarah bangsa, Peran pemuda dalam setiap episode sejarah tentu berbeda.
Skenario yang akan dimainkan pasti tidak sama karena kebutuhannya pun sudah
berbeda dari waktu sebelumnya. kali ini tidak dengan sumpah pemuda, tidak
dengan reformasi namun dengan menjaga dan meningkatkan semangat
nasionalisme untuk senantiasa melestarikan produk dan budaya dalam negeri.
Karena tantangan sudah semakin rumit, globalisasi sudah semakin tidak
terkendali. Jadi, sebagi pemuda mari kita siapkan diri dengan menyiapkan
mental, sikap, kemampuan dan mempelajari lebih jauh tentang bangsa Indonesia
baik budayanya, sejarahnya, maupun cita-cita bangsa kedepan. Kerena ditangan
pemudalah Bangsa yang kita cintai ini akan ditiitipkan untuk dijaga, dikelola,
dan dilanjutkan.
Apapun dan bagaimanapun, kontribusi pemuda
dibutuhkan oleh bangsa ini. Kita tidak bisa menilai bahwa yang duduk dalam
kekuasaan memiliki kontribusi yang lebih besar daripada mereka yang aktif untuk
memberdayakan masyarakat. Jabatan atau kedudukan bukanlah tujuan. Keduanya
hanyalah sarana untuk mencapai tujuan. Kita menyadari banyaknya tantangan yang
harus dihadapi dan rintangan yang harus diatasi, baik yang berasal dari luar
maupun dari dalam, untuk mewujudkan kemajuan yang kita dambakan.
Akhir kata, pemuda kapanpun dan dimanapun ia
berada adalah harapan bagi bangsanya. Harapan untuk perbaikan dan kemajuan ada
di tangan mereka. Oleh karena itu, pemuda harus memiliki idealisme yang tinggi
untuk bisa menanggung beban yang diberikan di pundaknya. Mari kita bangun
kembali bangsa ini dengan jiwa nasionalisme yang tinggi untuk kedepannya
Indonesia yang lebih baik. Karena dengan jiwa nasionalisme yang tinggi, pemuda
dapat menjadi motor pendorong, akselerator, ujung tombak sekaligus aktor dalam
pengambilan keputusan. Mari kita jaga apa yang telah ada agar tidak ada lagi
yang mencurinya.
Marilah kita bersandar dari kata-kata mantan
presiden Amerika Serikat John F. Keneddy “Do not ask what the country has been
given to us, but ask what we have done to the country” (Jangan tanya
apa yang telah negara berikan kepada kita, namun tanyakan apa yang telah kita
berikan kepada negara).
Pemuda yang baik adalah pemuda yang selalu
mendukung bangsanya dan selalu bangga akan bangsanya dan juga memberikan
manfaat kepada bangsanya. Kita harus sadar bahwa kita adalah pemuda, jika
kita sedang beraksi tidak ada yang tidak mungkin. Tetap jaga dan tingkatkan
semangat Nasionalisme membara di dalam diri kita dan terus berkarya untuk nusa
dan bangsa. Hidup pemuda INDONESIA !!!.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar