Nasionalisme adalah satu
paham yang menciptakan dan mempertahankan kedaulatan sebuah negara (dalam bahasa Inggris
"nation") dengan mewujudkan satu konsep identitas bersama untuk
sekelompok manusia.
Para nasionalis menganggap
negara adalah berdasarkan beberapa "kebenaran politik" (political
legitimacy). Bersumber dari teori romantisme yaitu "identitas
budaya", debat liberalisme yang menganggap kebenaran politik adalah
bersumber dari kehendak rakyat, atau gabungan kedua teori itu.
Ikatan nasionalisme tumbuh di tengah masyarakat
saat pola pikirnya mulai merosot. Ikatan ini terjadi saat manusia mulai hidup
bersama dalam suatu wilayah tertentu dan
tak beranjak dari situ. Saat itu, naluri mempertahankan diri sangat berperan
dan mendorong mereka untuk mempertahankan negerinya, tempatnya hidup dan
menggantungkan diri. Dari sinilah cikal bakal tubuhnya ikatan ini, yang
notabene lemah dan bermutu rendah. Ikatan inipun tampak pula dalam dunia hewan saat ada ancaman pihak asing yang hendak
menyerang atau menaklukkan suatu negeri. Namun, bila suasanya aman dari
serangan musuh dan musuh itu terusir dari negeri itu, sirnalah kekuatan ini.
Dalam zaman modern ini, nasionalisme merujuk
kepada amalan politik dan ketentaraan yang berlandaskan nasionalisme secara etnik serta keagamaan, seperti yang dinyatakan di bawah. Para ilmuwan politik
biasanya menumpukan penyelidikan mereka kepada nasionalisme yang ekstrem
seperti nasional sosialisme, pengasingan dan
sebagainya.
Dan menurut
pendapat saya, Nasionalisme adalah faham tentang rasa cinta terhadap tanah air,
tanah kelahiran,bangsa ataupun negara yang ditinggali seseorang. Rasa
Nasionalisme bisa tumbuh,berkembang dan bisa memberi efek positif pada
perkembagan suatu bangsa ataupun negara asalkan rasa itu “ditanam”, ”dirawat”
dan “dikembangkan” dengan benar. Rasa nasionalisme bukanlah suatu rasa yang
asing dalam diri seseorang, sebenarnya rasa nasioalisme sudah tertanam di hati
setiap individu yang merasa dirinya mempunyai ikatan dengan bangsa dan
negaranya. Namun sayangnya, terkadang Nasionalisme ditelantarkan dan diacuhkan
hingga akhirnya nasionalisme menjadi barang asing yang jarang dikenal atau
mungkin tak dimiliki seseorang.
Nasionalisme
bukan hanya milik tokoh-tokoh patriotik pembela bangsa, pahlawan bangsa,ataupun
milik “mereka” yang bersuara lantang dihadapan publik guna mendapat kekuasaan. Namun,
bisa jadi nasionalisme itu milik anda yang saat ini sedang asyik membaca
artikel ini. Untuk saat ini, itulah permasalahan yang harus kita pecahkan, pada
siapakah kita berguru tentang nasionalisme,karena nasionalisme terkadang sulit
berkembang dengan sendirinya tanpa adanya sosok teladan yang bisa mengajarkan
tentang apa itu nasionalisme. Nasionalisme itu bukanlah rasa cinta yang yang
datang tiba-tiba dikarenakan tim sepakbola negara anda memenangi suatu
pertandingan, ataupun dengan tiba-tiba mencintai produk dalam negeri yang
dibuat oleh sekelompok anak-anak kreatif yang sebenarnya telah banyak
diproduksi oleh negara lain. Itu bukanlah nasionalisme, Itu hanyalah betuk
apresiasi terhadap orang-orang yang berhasil membuat negara yang anda tinggali
sedikit lebih dikenal oleh negara tetangga.
Terkadang kita
kerap dibuat bingung dengan konsep nasionalisme, kita juga kerap kali bingung
seperti apa sih mencintai bangsa dan negara itu,bagaimanakah bela bangsa itu, ataupun
beberapa pertanyaan yang semakin membuat kita justru kebingungan dengan konsep
dasar nasionalisme itu sendiri. Lantas, apakah kita harus berperang seperti era
Bung Tomo, Jenderal Sudirman, Teuku Cik Di Tiro, Imam Bonjol,ataupun Cut Nyak
Dhien untuk menunjukkan rasa cinta, rasa bangga terhadap negeri yang selama ini
kita banggakan ini.Jawabnya tentu tidak,emang mau berperang dengan siapa untu
saat ini? Jepang? Lha wong Jepang aja sedang sibuk bikin motor sama mobil untuk
dijual ke negara kita, ngapain juga mereka berperang.perang dengan Belanda?
yah, daripada mereka perang,paling mereka lebih memilih menggali batubara, uranium,
emas dan barang tambang lain di ujung timur negeri ini.
Lantas, kalau
bukan berperang ataupun mengapreasiasi jerih payah anak negeri,apa yang harus
dilakukan untuk menunjukkan rasa nasioalisme ??
Kalau anda
masih bingung bagaimana menunjukkan nasionalisme, anda tak perlu beramai-ramai
“demam” cinta budaya, membawanya ke UNESCO untuk menunjukkan bahwa budaya
tersebut adalah arisan nenek moyang anda, terus anda mengejar hak patennya atas
nama negara anda. Itu tidak perlu, kalau bangsa ini benar-benar mencintai
budaya, harusnya ditunjukkan dengan melestarikannya serta menjaganya,bukan
mustahil jika telah banyak wisatawan mancanegara melihatnya lantas
diceritakannya dari mulut ke mulut oleh mereka, maka kita sudah tak perlu lagi
pegakuan dari UNESCO, karena dunia telah melihat da mengakuinya sebagai milik
kita.
Sebenarnya, rasa
nasionalisme akan tumbuh jika bangsa ini telah menemukan jati dirinya sebagai
bangsa yang besar. Jati diri dalam hal ini berarti juga sebagai sandaran ketika
kita mau melangkah menyongsong dunia baru. Coba anda lihat sekeliling anda, bukankah
di negeri ini kita bebas berekspresi mengungkap apa yang kita rasakan. Sebagai
contohnya, anak-anak jalanan yang anda anggap sebagai pencipta ketidakteraturan
hanya karena mencoret-coret tembok menggunakan cat dengan berbagai motif
gambar, tulisan atauhanya asal coret, bukan mustahil jika keinginan dan bakat
mereka dikembangkan mereka akan jadi pelukis terkenal sekelas Leonardo Da
Vinci, Vincent Van Gogh, Dullah ataupun justru lebih tenar daripada mereka. Mereka
bisa, kalau mereka tau kemana jati diri membawa mereka.Selain para
seniman-seniman yang masih berkutat dengan jalanan, saya juga tahu bahwa negeri
ini menyimpan bakat-bakat luar biasa dalam menulis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar