Garuda di dadaku, Garuda kebanggaanku!
Itulah sepenggal lagu yang sering kita dengar pada waktu timnas
sepakbola Indonesia bertanding di Gelora Bung Karno. Lagu yang sangat luar
biasa, mampu merasuk hingga jiwa raga para pemain Timnas untuk selalu
bersemangat mencetak gol dan berusaha memenangkan pertandingan. Tapi setelah
pertandingan berakhir, apakah jiwa itu tetap ada? Jiwa bangga terhadap Garuda?
Jiwa bangga terhadap bangsa ini?
Huhh… banyak peristiwa di negeri ini yang tampaknya telah membuat
rakyat tidak bangga dengan bangsanya sendiri, yang telah membuat nasionalisme
luntur. Negeri ini yang dipandang oleh dunia luar sebagai bangsa yang ramah dan
bertoleransi tampaknya harus siap-siap kehilangan julukan itu. Keributan,
kerusuhan, tawuran massal yang menghalalkan segala cara terjadi di berbagai
tempat. Orang-orang tidak saling percaya satu sama lain, semua ingin tampil,
semua ingin menjadi pemimpin. Sadar atau tidak sadar, hal-hal dan
peristiwa-peristiwa itu seolah-olah mengajarkan kepada anak-anak, generasi muda
kita budaya bangsa sekarang ini. Anak-anak terbiasa melanggar peraturan
sekolah, tidak patuh kepada orang tua, tawuran antar sekolah/kampus dan
sebagainya. Mau dibawa ke mana bangsa ini dengan generasi muda seperti itu?
Apakah kita ingin mendidik para generasi bangsa ini dengan budaya preman? Di
mana jiwa nasionalisme generasi muda negeri? Yang hanya bisa tawuran, tapi lagu
Indonesia Raya atau sila-sila Pancasila saja tidak hafal.
Harus kita renungkan bersama apakah kita bisa membuat generasi muda
sekarang bangga dengan negerinya, mempunyai jiwa nasionalisme yang tinggi?
Semua harus berusaha mewujudkannya karena masa depan bangsa ini berada di
tangan para generasi muda. Diawali dengan peran keluarga sebagai baris terdepan
pembentuk karakter diri. Di dalam keluarga masing-masing, harus terus
diajarkan/ditanamkan semangat nasionalisme, misalnya dengan cerita tentang
sejarah bangsa ini kepada anak-anak kita, cerita mengenai perjuangan yang
heroik para pahlawan sehingga membuat bangsa ini merdeka. Di sekolah, juga
harus lebih ditanamkan lagi mengenai nasionalisme, misalnya dengan sebelum
pelajaran dimulai siswa-siswa sekolah diwajibkan menyanyikan lagu-lagu
nasional, dengan mencari profil tentang pahlawan Indonesia selama masa
kemerdekaan dulu, sikap disiplin selama mengikuti pelajaran, peraturan sekolah
yang tegas dan masih banyak lagi. Pada beberapa waktu lalu, ada sebuah sekolah
di daerah Karanganyar yang melarang siswanya hormat kepada Sang Merah Putih dan
menyanyikan lagu Indonesia Raya karena dianggap menghormat pada benda mati.
Sangat berbahaya paham-paham seperti ini, tidak menghormat kepada Merah Putih
berarti patut dipertanyakan juga jiwa nasionalismenya. Sebenarnya bukan soal
hormat kepada kain/benda mati, tetapi maknanya kita menghormati jasa-jasa para
pahlawan pendahulu kita yang gugur di medan perang mengorbankan jiwa raganya
demi berkibarnya Sang Merah Putih. Oleh sebab itu, sudah seharusnya kita
menghormati bendera Merah Putih. Sebagai masyarakat yang sadar dan peduli
terhadap negara ini, kita mengemban amanah yang tidak ringan. Kita dituntut
mengajarkan kepada generasi muda tentang jiwa nasionalisme, agar nasionalisme
itu tetap ada dan tidak luntur di masa depan sehingga generasi muda di negeri
ini merasa bangga dengan bangsanya dan segala kekayaan yang ada di dalamnya. Jayalah
Terus Indonesiaku…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar