Sabtu, 31 Maret 2012

Sumpah Pemuda dan Pudarnya Semangat Nasionalisme


Dulu, tepatnya tanggal 28 Oktober 1928, para pemuda Indonesia dengan segala perbedaan mereka berkumpul dalam satu pertemuan bersejarah. Mereka menyatukan hati dan pikiran untuk mempersatukan bangsa Indonesia dalam satu kedaulatan. Para pemuda ini sadar bahwa mereka selama ini telah tercerai-berai oleh karena keinginan golongan dan keinginan kelompok. Di tanggal itulah mereka menyatukan cita-cita mulia mereka untuk membebaskan Indonesia dari jajahan bangsa asing. Seluruh perbedaan yang meragami nusantara, dipersatukan dalam cita-cita mulia yaitu Indonesia, oleh nasionalisme para pemuda!
Sejak saat itu perjuangan menggapai kemerdekaan RI terus dilakukan oleh para patriot muda. Semangat nasionalisme atau cinta tanah air, berbangsa dan bernegara Indonesia, yang berakhir diatas satu seruan, merdeka! Inilah kerinduan para pemuda kala itu sampai akhirnya Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945. Ini menjelaskan bahwa nasionalime dan pemuda adalah dua kunci utama kemerdekaan Indonesia.



Pemuda Masa Kini
Kemudian mari kita telanjangi kondisi para pemuda saat ini. Kondisi riil sebagian besar pemuda bangsa Indonesia. Di saat tokoh-tokoh pemuda 83 tahun yang lalu berkumpul untuk membicarakan arah pergerakan pemuda, saat ini ada banyak tokoh-tokoh pemuda berkumpul untuk membicarakan kekuasaan. Dulu mereka mempunyai semangat nasionalisme yang tinggi untuk membela bangsa, sekarang semangat itu hanya muncul –maaf- kalau sedang nonton timnas main bola, itupun kalau memang penggila timnas atau kalau negara tetangga, Malaysia, sedang buat kisruh di daerah perairan Indonesia, tiba-tiba kita menjadi seorang nasionalisme sejati namun untuk beberapa saat saja kemudian luntur.
Tengoklah sekolah swasta sekarang. Sudah tidak ada lagi upacara pengibaran bendera. Coba tanyakan pemuda tetangga anda apakah masih hafal lagu Indonesia Raya? Lagu yang untuk pertama kalinya berkumandang di tanggal bersejarah ini. Maaf kalau saya mengatakan hari-hari besar kenegaraan hanya diperingati sebagai seremonialitas belaka. Lalu dimana para pemuda kita?
Saya bukan bersikap pesimis, naif, apatis dan –is lainnya. Tapi gaya hidup Hedonisme, pragmatisme, anarkisme dan –me lainnya, nampaknya lebih menarik hati sebagian besar pemuda saat ini ketimbang berkarya untuk kemajuan bangsa. Ada banyak bukti. Kasus kejahatan yang dilakukan anak muda meningkat, tawuran antar sekolah, antar kampus, seks bebas, dunia gemerlap alias dugem, narkoba, prinsip ideologi semu dan lain sebagainya. Mengapa ini bisa terjadi? Entahlah yang pasti ada banyak faktor
Bagaimana Dengan Pemimpin?
Saya mencoba berimajinasi, apakah kita harus kembali dijajah bangsa asing untuk menumbuhkan rasa bertanah air, berbangsa dan bernegara Indonesia? Ah saya rasa tidak perlu bangsa asing, rasanya bangsa ini sendiri sudah dijajah oleh bangsanya sendiri. Ada banyak penjajah di tanah yang namanya Indonesia ini terutama para elit politik dan para penguasa. Rasanya ingin sekali bertanya kepada mereka, apakah mereka sudah memberikan contoh yang baik, minimal dalam memaknai sakralnya Sumpah Pemuda?
Hal yang diperlihatkan para pemimpin bangsa ini kepada kaum muda Indonesia bukanlah teladan yang baik. Saya rasa kita sama-sama tahu bagaimana gaya mereka. Keteladanan dan kepemimpinan, sungguh jauh dari apa yang diharapkan. Akibatnya negara ini mengalami karapuhan, kehilangan jati diri, tidak ada fondasi yang kuat untuk berbangsa, bahkan nyaris  mencapai titik kelumpuhan sosialnya.
Esensi Sumpah Pemuda
Mungkin ada pemuda yang bertanya, Apakah makna sumpah pemuda masih relevansi dengan keadaan saat ini? Saya akan katakan sampai kapan pun bahkan sampai kiamat makna itu tetap relevan untuk kehidupan para pemuda/i Indonesia. Apakah dasar negara Pancasila telah gagal dalam mempersatukan Indonesia? Pancasila tidak pernah gagal. Yang salah adalah diri kita yang tidak memaknai sumpah pemuda dan memakai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari bahkan pemimpin bangsa ini tidak menerapkannya dalam kehidupan mereka.
Peringatan Sumpah Pemuda yang jatuh pada Jumat 28 Oktober ini kembali mengingatkan kita bahwa ada nilai sakral yang harus kita jaga. Peranan kepemudaan yang begitu besar menggambarkan kekuatan pemuda yang luar biasa sebagai pelopor penggerak berbagai perubahan. Jangan sampai pemuda/i Indonesia mengalami degredasi moral dan kehidupan. Pertahankan esensi dari sumpah pemuda. Seperti yang saya katakan di atas ada dua kunci utama yaitu Pemuda dan semangat Nasionalisme.
Pemuda harus paham betul dampak yang bisa mereka lakukan terhadap bangsa. Itu sudah dibuktikan dalam catatan sejarah bangsa ini. Sumpah Pemuda, Kemerdekaan, sampai Reformasi semua bisa ada karena peran pemuda di dalamnya. Harus di ingat, karena sumpah bagaikan sebuah doa, memiliki kekuatan untuk keluar dari keterbelengguan! Maka, berikanlah kesempatan bagi kaum muda untuk membakar kembali semangat Nasionalisme!
Mari kita ikrarkan kembali Sumpah Pemuda:
Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia.
Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.
Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar