Sabtu, 31 Maret 2012

Nasionalisme dan Generasi Muda


Garuda di dadaku, Garuda kebanggaanku!



Itulah sepenggal lagu yang sering kita dengar pada waktu timnas sepakbola Indonesia bertanding di Gelora Bung Karno. Lagu yang sangat luar biasa, mampu merasuk hingga jiwa raga para pemain Timnas untuk selalu bersemangat mencetak gol dan berusaha memenangkan pertandingan. Tapi setelah pertandingan berakhir, apakah jiwa itu tetap ada? Jiwa bangga terhadap Garuda? Jiwa bangga terhadap bangsa ini? 
Huhh… banyak peristiwa di negeri ini yang tampaknya telah membuat rakyat tidak bangga dengan bangsanya sendiri, yang telah membuat nasionalisme luntur. Negeri ini yang dipandang oleh dunia luar sebagai bangsa yang ramah dan bertoleransi tampaknya harus siap-siap kehilangan julukan itu. Keributan, kerusuhan, tawuran massal yang menghalalkan segala cara terjadi di berbagai tempat. Orang-orang tidak saling percaya satu sama lain, semua ingin tampil, semua ingin menjadi pemimpin. Sadar atau tidak sadar, hal-hal dan peristiwa-peristiwa itu seolah-olah mengajarkan kepada anak-anak, generasi muda kita budaya bangsa sekarang ini. Anak-anak terbiasa melanggar peraturan sekolah, tidak patuh kepada orang tua, tawuran antar sekolah/kampus dan sebagainya. Mau dibawa ke mana bangsa ini dengan generasi muda seperti itu? Apakah kita ingin mendidik para generasi bangsa ini dengan budaya preman? Di mana jiwa nasionalisme generasi muda negeri? Yang hanya bisa tawuran, tapi lagu Indonesia Raya atau sila-sila Pancasila saja tidak hafal.
Harus kita renungkan bersama apakah kita bisa membuat generasi muda sekarang bangga dengan negerinya, mempunyai jiwa nasionalisme yang tinggi? Semua harus berusaha mewujudkannya karena masa depan bangsa ini berada di tangan para generasi muda. Diawali dengan peran keluarga sebagai baris terdepan pembentuk karakter diri. Di dalam keluarga masing-masing, harus terus diajarkan/ditanamkan semangat nasionalisme, misalnya dengan cerita tentang sejarah bangsa ini kepada anak-anak kita, cerita mengenai perjuangan yang heroik para pahlawan sehingga membuat bangsa ini merdeka. Di sekolah, juga harus lebih ditanamkan lagi mengenai nasionalisme, misalnya dengan sebelum pelajaran dimulai siswa-siswa sekolah diwajibkan menyanyikan lagu-lagu nasional, dengan mencari profil tentang pahlawan Indonesia selama masa kemerdekaan dulu, sikap disiplin selama mengikuti pelajaran, peraturan sekolah yang tegas dan masih banyak lagi. Pada beberapa waktu lalu, ada sebuah sekolah di daerah Karanganyar yang melarang siswanya hormat kepada Sang Merah Putih dan menyanyikan lagu Indonesia Raya karena dianggap menghormat pada benda mati. Sangat berbahaya paham-paham seperti ini, tidak menghormat kepada Merah Putih berarti patut dipertanyakan juga jiwa nasionalismenya. Sebenarnya bukan soal hormat kepada kain/benda mati, tetapi maknanya kita menghormati jasa-jasa para pahlawan pendahulu kita yang gugur di medan perang mengorbankan jiwa raganya demi berkibarnya Sang Merah Putih. Oleh sebab itu, sudah seharusnya kita menghormati bendera Merah Putih. Sebagai masyarakat yang sadar dan peduli terhadap negara ini, kita mengemban amanah yang tidak ringan. Kita dituntut mengajarkan kepada generasi muda tentang jiwa nasionalisme, agar nasionalisme itu tetap ada dan tidak luntur di masa depan sehingga generasi muda di negeri ini merasa bangga dengan bangsanya dan segala kekayaan yang ada di dalamnya. Jayalah Terus Indonesiaku…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar